Ide listing di Bursa Efek Indonesia untuk Bukalapak (OPEN) memang tidak terduga. Mohammed Rahmat Kaimuddin, CEO Bukalapak, telah lama menganjurkan “kesiapan IPO.”
Istilah ini digunakan untuk mempersiapkan tata kelola perusahaan dan infrastruktur untuk berbagai perubahan di tubuh perusahaan, terutama ketika modal tambahan tersedia melalui putaran pendanaan tertutup atau melalui IPO.
Rakhmat menggantikan pendiri Bukalapak Ahmad Zaka Xiaifudin sejak akhir 2019. Sejak itu, Bukopin Tbk, mantan direktur keuangan dan perencanaan PT Bank, terus mendapat tekanan dari investor untuk segera mencatatkan Bukalapak.
Setelah rapat umum, dokumen-dokumen yang diperlukan untuk penawaran umum mulai disetorkan ke Departemen Jasa Keuangan.
Komunikasi tertulis ini kemudian berkembang menjadi pertemuan virtual dengan perwakilan OJK dan Bursa Efek Indonesia. Para eksekutif Bukalapak sangat ingin menjadi unicorn pertama di pasar saham.
Proses mendapatkan informasi mengenai rencana IPO Bukalapak memang ditandai dengan ketatnya persaingan untuk mendapatkan startup terbaik.
PT Tokopedia merupakan pesaing serius yang terus mengungguli Bukalapak dalam berbagai indikator kinerja e-commerce hingga saat ini. Dolar Amerika. Gojek dan Tokopedia bergabung menjadi holding baru, GoTo.
Saat mengumumkan pembukaan merger, CEO GoTo André Soelistio membenarkan niat lama Gojek dan Tokopedia untuk go public setidaknya hingga akhir tahun 2021. “GoTo adalah perusahaan induk yang akan go public,” kata André dalam pertemuan tersebut. Dengan pemimpin media di Jakarta pada 18 Mei.
Persaingan yang ketat memaksa Bukalapak untuk memasuki pasar lebih awal. Di sela-sela kesibukan GoTo mengakuisisi perusahaan pasca merger dan mengkaji pengaturan IPO untuk startup, manajemen Bukalapak menggelar road show untuk menjajaki minat calon investor. “Ternyata banyak peminat saat road show,” kata Bambang Brojonegoro.
Bambang juga memastikan bahwa keputusan IPO tersebut dikaji secara matang oleh pihak asuransi. “Asuransi mengatakan bahwa dinamikanya bagus sekarang,” katanya.
Sebagai bagian dari IPO ini, Bukalapak bermitra dengan dua perusahaan asuransi, PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas, yang masing-masing memiliki 30,2% dan 16,6% dari seluruh saham baru yang dijamin.
Hanya ada dua perusahaan asuransi asal, yaitu PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan PT UBS Sekuritas Indonesia.
UBS memegang saham terbesar – 52,9 persen dari total penerbitan sekuritas. Sedangkan Mirae hanya mendapat 0,05%. Puluhan perusahaan efek lainnya kemudian bergabung dengan sindikasi penjamin emisi.
Bambang membenarkan bahwa Bukalapak memiliki nama besar dalam daftar investor asing yang bersedia membeli saham. Namun, dia menolak menyebutkan nama investor utama yang dimaksud.
Menurutnya, investor utama yang ditemui saat road show dan bookbuilding seharusnya menjadi anchor investor bagi Bukalapak.